Selasa, 01 Desember 2009

PERBEDAAN ANTARA AL-QUR’AN, HADITS QUDSY, HADITS, DAN SUNNAH

PERBEDAAN ANTARA AL-QUR’AN, HADITS QUDSY, HADITS, DAN SUNNAH

Setelah memaparkan BAB I dan BAB II, maka pada bab ini penyusun akan membahas inti dari makalah ini yaitu membahas mengenai Perbedaan Antara Al-Qur’an, Hadits Qudsy, Hadits, Dan Sunnah. Namun sebaelum menginjak kepada pembahasan terlebih dahulu penulis akan membatasi pembahasan yaitu perbedaan antara Al-qur’an dan Hadits qudsi, Hadits dengan Al-qur’an, Hadits Qudsy dengan Hadits, Hadits dengan Sunnah.
Adapun pembahasan mengenai isi pada bab ini akan kami paparkan sebagai berikut.
III. I Perbedaan Al-qur’an dan Hadits Qudsi.
Diantara perbedaannya ialah:
1) Semua lafadz-lafadz (ayat-ayat) Al-qur’an adalah mu’jizat dan mutawatir, sedangkan Hadits Qudsy tidak demikian halnya.
2) Setiap huruf yang dibaca dari Al-qur’an memberikan hak pahala bagi pembacanya sepuluh kebaikan.
3) Meriwayatkan tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya. Berlainan dengan Hadits Qudsi.
4) Al-qur’an ma’na dan lafadznya dari Allah SWT. sedangkan Hadits Qudsy hanya ma’nanya saja dari Allah SWT. lafadznya dari Rasul.
Menurut pendapat pribadi setelah membaca beberapa refensi, bahwa pada dasarnya Al-qur’an dan Hadits Qudsy itu adalah sama-sama diturunkan oleh Allah SWT. sebagai wahyu atau firman –Nya kepada Nabi Muhammad SAW. yang berisi sebagai pedoman umat manusia.
Namun bedanya Hadits Qudsy ini, tidaklah tercatat dalam Al-qur’an. Karena firman Allah yang disebut Hadits Qudsy ini di khabarkan atau disampaikkan melaui ilham atau impian, yang kemudian nabi menyampaikan ma’na dari ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata-kata beliau sendiri. Sedangkan Al-qur’an itu disampaikan langsung oleh malaikat jibril kepada Rasulallah SAW. dan Rasul menyampaikannya kepada umat dengan ma’na dan lafadz seperti yang disampaikan oleh malaikat jibril.

III. II Perbedaan Hadits Qudsy dengan Hadits (hadits nabawi).
Perbedaan diantara keduanya diantaranya sebagai berikut:
1) Hadits qudsy ma’nanya dari Allah SWT. lafadznya dari Rasul. Sedangkan Hadits ma’na dan lafadznya dari Rasulallah SAW.
2) Hadits Qudsy terdapat kata-kata Yaqulullahu ‘aza wajala, fimayarwihi ‘anillahi tabaraka wa ta’ala, Qalallahu, dan sebagainya.
3) Hadits nisbatnya kepada Rasulallah SAW. dan perjalanannya. Sedangkan Hadits Qudsy nisbatnya kepada Allah SWT.
Menurut pendapat kami, perbedaan yang mendasar antara Hadits Qudsy dan Hadits Nabawi ialah penisbatanya. Hadits Nabawi penisbatannya kepada Nabi SAW. sedangkan Hadis Qudsy penisbatannya kepada Allah SWT. adapun kata-kata seperti Yaqulullahu ‘aza wajala, fimayarwihi ‘anillahi tabaraka wa ta’ala, Qalallahu dan sebagainya, itu merupakan ciri-ciri dari Hadits Qudsy itu sendiri.
III.III Perbedaan Hadits dengan Al-qur’an
Dalam hal ini penyusun telah telah membaca beberapa buku referensi, mengenai perbedaan antara Hadits dengan Al-qur’an kami kira tidak jauh berbeda dengan perbedaan antara Hadits Qudsi dengan Al-qur’an. Adapun perbedaannya secara garis besar dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1) Semua lafad-lafad (ayat-ayat) Al-qur’an adalah mu’jizat dan mutawatir, sedangkan Hadits tidak demikian halnya.
2) Setiap huruf yang dibaca dari Al-qur’an memberikan hak pahala bagi pembacanya sepuluh kebaikan.
3) Al-qur’an sudah pasti kebenarannya, sedangkan hadits tidak dikarenakan Hadits ada yang shahih ada yang tidak shahih.
4) Hadits sebagai penjelas bagi Al-qur’an.

III.IV Perbedaan Hadits dengan Sunnah.
Kalaulah kita melihat kepada definisi mengenai Hadits dan Sunnah yang telah dijelaskan pada BAB II, Hadits ialah Ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) atau sifat Nabi SAW. dan definisi Sunnah ialah segala yang dinukil dari Nabi SAW. baik perkataan maupun perbuatan, ataupun taqrir yang mempunyai hubungan dengan hukum. antara Hadits dan Sunnah keduanya memiliki kesamaan yang tidak dapat dipisahkan antara keduanya, yaitu kita menukil berupa perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat dari Nabi SAW.
Namun pada pandangan penyusun yang membedakan diantara keduanya yaitu Hadits merupakan teks syari’at yang mesti kita jalankan sedangkan mengaplikasikan teks tersebut dalam kehidupan sehari-hari di sebut Sunnah. Seperti contoh Hadits dibawah ini:
وعن عائشة رضى الله عنها قالت:" كان رسول الله صلعم يعجبه التيمن فى تنعله وترجله وطهوره وفى شأنه كله" (متفق عليه).
Artinya: Dari ‘Aisya r.a. ia berkata:”adalah nabi SAW. suka memulai dari kanan waktu memakai sepatu, menyisir rambut dan bersuci, dan dalam segala urusannya”. Muttafaq alaih.
Redaksi diatas merupakan Hadits Nabi SAW. dalam keterangannya bahwa Nabi suka memulai dari kanan waktu memakai sepatu, menyisir rambut, dan dalam segala urusan. Ketika kita mengaplikasikan Hadits ini dalam kehidupan sehari-hari, kita memakai sepatu yang kanan terlebih dahulu, begitupun menyisir, memakai baju, memakai sarung tangan, memakai celana, dan lain-lain. Maka pengaplikasian Hadits ini disebut sebagai Sunnah dari Nabi SAW. inilah yang dimaksud oleh penyusun bahwa Hadits itu teksnya sedangkan Sunnah itu pengaplikasiannya.

Selasa, 24 November 2009

Berpegang Teguh kepada Peta Kehidupan

Berpegang Teguh kepada Peta Kehidupan

Ikhwatu iman yang mengharap keridloan Allah SWT. al-qur'an dan sunah merupakan pedoman bagi kita selaku kaum muslimin, dari sanalah kita kita menjadi tau bagaimana kita beribadah kepada Allah SWT. Dan dari sana pula kita tau bagaimana caranya mengikuti sunah Nabi SAW. Oleh karena itu, kehidupan kita sebagai kaum muslimin tentunya harus sesuai dengan qur’an dan sunah Nabi SAW. baik dalam segi ibadah maupun muamalah. Jikalau kehidupan kita sesuai dengan qur’an dan sunah, maka kita tidak akan tersesat dalam mengarungi kehidupan yang fana ini. Kalau kita lihat keterangan-keterangan yang ada dalam al-qur’an maupun hadits-hadits Nabi SAW. mengenai kehidupan di dunia ini, bisa dikatakan bahwa hidup di dunia ini hanya bersifat sementara. Terkadang al-qur’an menjelaskan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah permainan belaka, seperti pada firman Allah SWT . Qs.Al-hadiid ayat 20:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu liat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari allah serta keridlaan-Nya. Dan kehidupan di dunia ini hanya kesenangan yang menipu.”
Dengan keterangan di atas, maka sudah semestinya kita memikirkan bagaimana caranya agar kita tidak terlalaikan dan bagaimana caranya-
pula kita tidak tertipu dengan kehidupan ini. Jangan sampai kita seperti orang yang di jelaskan dalam firman allah tersebut. Seorang petani yang bangga atas tanamannya yang bagus, daunnya hijau, pohonnya montok, dan buahnyapun banyak. Akan tetapi ketika allah SWT. menjadikan tanamannya kering sehingga hancur, maka apalah daya petani tersebut tidak bisa berbuat apa-apa dan tanaman yang dibangakan serta diharapkan menghasilkan hasil yang sempurna, ternyata tidak bisa menghasilkan apa-apa yang dapat dinikmati oleh petani tersebut.
Ikhwatu iman yang mengharap keridloan Allah SWT. seperti halnya orang-orang yang berbangga diri terhadap harta, pangkat, jabatan, ataupun yang lainnya. Tidak sedikit dari mereka lupa karena hal tersebut, banyak orang yang mempunyai harta yang banyak tetapi melupakan zakat, infaq, shadaqoh, dan kewajiban yang lainnya. Mereka bermegah-megahan dengan harta tersebut, sedangkan orang-orang yang disekitarnya banyak yang melarat, bahkan terkadang untuk mendapatkan sesuap nasipun mereka harus banting tulang bekerja, tidak kah mereka memperhatikan orang-orang disekitarnya. Dan juga tidak sedikit orang-orang yang mempunyai pangkat dan jabatan tidak bisa memegang amanah tersebut, mereka berbuat dengan seenaknya seakan-akan mereka akan hidup selamanya.
Ketika didunia mereka merasa berbangga atas hal tersebut sehingga melupakan kewajibannya terhadap allah, namun ketika Allah SWT. Meminta pertanggung jawaban terhadap amanah yang diberikan kepadanya, maka dirinya akan merasa menyesal. Harta yang begitu banyak, pangkat dan jabatan yang begitu tinggi, ternyata tidak bisa membantunya dalam menyelesaikan pertanggung jawaban terhadap Allah SWT.
Ikhwatu iman yang mengharap keridloan Allah SWT. Supaya kita tidak tersesat dalam mengarungi kehidupan yang fana ini, maka dibutuh kanlahsebuah pedoman atau sebuah peta perjalanan. Seperti halnya, jikalau kita akan melakukan sebuah perjalanan yang melewati padang pasir ataupun Lautan yang membentang luas, tentunya kita membutuhkan sebuah peta perjalanan. Agar kita mencapai tujuan tepat waktu dan tidak tersesat diperjalanan.
Sejak dahulu, Rosulallah SAW. Sudah mewariskan sebuah pedoman atau peta perjalanan yang mana jikalau kita berpegang teguh pada pedoman itu, maka kita tidak akan tersesat. Dalam hadits dijelaskan sebagai berikut:
“Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh pada keduanya; Kitabullah dan Sunnah nabiNya,” (HR . Imam Malik).
Di dalam firman Allah SWT. Surat Ali- Imran ayat 138, di jelaskan sebagai berikut:
“ini (Al Quran) adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
namun pada kenyataannya, banyak orang-orang islam tidak dapat memanfaatkan warisan tersebut. Maka jangan salah, jikalau kehidupan orang islam dari mulai gaya hidup, pergaulan dimasyarakat, budaya, dan sebagainya. Terkadang tidak sesuai dengan ajaran islam itu sendiri, dikarenakan mereka tidak berpegang teguh terhadap qur’an dan sunah. Kalau dilihat dari sudut pandang ilmu ushul fiqih, firman allah tersebut dapat diambil mafhum mukhalafah yaitu kalaulah al-qur’an sudah tidak tidak menjadi petunjuk serta pelajaran bagi umat islam, berarti umat islam itu sendiri sudah tidak bertaqwa.
Ikhwatu iman yang mengharap keridloan Allah SWT. Agar hal tersebut tidak terjadi kepada kita, marilah mulai dari sekarang kita kembalikan kehidupan kita kepada qur’an dan sunah. Karena itu merupakan pedoman hidup kita selaku umat muslim. Mudah-mudahan dengan semakin majunya Zaman semakin meningkat pula ibadah kita kepada Allah SWT. jangan sampai semakin majunya Zaman semakin jauh pula ibadah kita kepada allah SWT.
Jadikanlah segala apa yang ada dipermukaan bumi ini sebagai fasilitas ibadah kita kepada Allah SWT.
Wallahu a’lam bi showab.
Mohon maaf atas kesalahan dan kekurangannya.
Penulis oleh: Samsu Radiansyah.